Siapa sih diantara kamu yang bisa jauh-jauh dari musik? Musik bisa dibilang menjadi bagian yang penting dalam kehidupan kita. Musik mengiringi setiap derap langkah aktivitas manusia, mulai dari bangun pagi hingga menjelang tidur. Bahkan saat perasaan senang hingga sedih. Berbagai macam cara dilakukan manusia agar bisa menikmati musik dimana dan kapan saja. Tapi pernah gak kamu membayangkan gimana perkembangan sejarah pemutar musik dari masa ke masa? Bagi kamu yang penasaran, berikut penjelasannya:
Fonograf
Alat perekam suara ini dikembangkan pertama kali pada tahun 1877 oleh Thomas Alva Edison. Cara kerja alat ini sangat sederhana, yakni jarum yang terpasang pada Fonograf menggores aluminium foil yang membungkus sebuah silinder besi. Pada jamannya, alat ini merupakan penemuan yang luar biasa. Terbukti Fonograf berhasil merekam dan memutar ulang sebuah puisi berjudul ‘Mary Had A Little Lamb’ yang dibaca Edison dan asistennya. Setelahnya, sejarah pemutar musik dunia pun berubah.
Gramofon
Pasca keberhasilan Fonograf, orang-orang pada jaman itu berlomba-lomba untuk menyempurnakan alat rekam generasi berikutnya. Salah satu yang berhasil adalah Emile Berliner. Pada tahun 1887 Ia berhasil mengembangkan teknologi tersebut ke dalam bentuk piringan hitam sebagai media rekam. Agar dapat medengarkan rekaman musik melalui Gramofon, Langkah awal yang harus dilakukan adalah dengan memasang piringan dan membuatnya berputar. Putaran tersebut membuat piringan tergores pada arus. Maka dengan begitu alat akan menghasilkan gelombang diafragma yang kemudian memunculkan suara.
Baca juga: Lima Fakta Unik Band Legendaris The Beatles
Radio AM/FM
Radio pertama kali ditemukan oleh seorang insinyur listrik asal Italia, Guglielmo Marconi. Pada tahun 1901 dia berhasil mengirim berita radio melintasi Samudera Atlantik, dari Inggris ke Newfoundland. Pada awalnya, radio memang lebih banyak berfungsi sebagai pengantar pesan untuk kebutuhan perang. Namun setelah perang usai, radio makin memiliki banyak fungsi, salah satunya hiburan. Dengan kelebihannya yang bisa di bawa kemana-mana, tren menikmati musik pun berubah. Orang-orang pada masa itu sangat menyukai mendengar musik yang disiarkan oleh stasiun radio.
Baca juga: Soekarno dan Ketidaksukaannya terhadap Musik ‘Ngak-ngik-ngok’
Pita Kaset
Pita kaset, atau tape adalah media penyimpan data yang umumnya berupa lagu. Berasal dari bahasa Prancis, yakni cassette yang berarti kotak kecil. Kaset pertama kali diperkenalkan pada tahun 1963 oleh Phillips. Karena dianggap lebih efisien, Kaset pun perlahan-lahan menggeser kepopuleran piringan hitam. Di awal-awal penemuannya, kaset memiliki kualitas yang cukup buruk untuk merekam musik. Hingga pada tahun 1971 The Advant Corporation memperkenalkan model terbarunya yang lebih canggih, yakni model 201. Setelahnya, kaset menjadi medium perekam musik yang sangat diandalkan dalam industri musik.
Walkman
Kebutuhan perpindahan manusia yang tinggi menuntut penemuan baru yang bisa membuat orang dapat mendengarkan musik dimana dan kapan saja. Penemuan Walkman muncul sebagai pencerah di era berkembangnya pita kaset. Walkman dirilis pada tahun 1979 dengan nama Walkman di Jepang. Peralatan ini dibuat pada tahun 1978 oleh engginer audio Nobutoshi Kihara untuk mantan ketua Sony, Akio Morita, yang ingin mendengarkan musik ketika bepergian dengan pesawat terbang. Kaset pita yang relatif berukuran kecil dimasukan ke dalam pemutar musik Walkman. Bentuk yang ringkas serta menggunakan perangkat dengar, headphone, membuat pemutar ini begitu personal. Terlebih sangat portable karena menggunakan tenaga batere.
Audio Compact Disc (CD)
Compact Disc adalah cakram optik digital yang digunakan untuk menyimpan data. Sejak diperkenalkan secara resmi pada tahun 1982, CD memeroleh puncak penjualan pada awal 2000-an. CD dibuat dari plastik polikarbonat setebal 1,2 mm dengan berat 15-20 gram. Untuk ukuran CD berdiameter 120 mm dapat memuat audio selama 80 menit atau data sebesar 650-870 MB. Dibandingkan pendahulunya, Kelebihan CD adalah minimnya noise seperti yang ditimbulkan kaset. Selain itu, bentuk CD sangat ringan dan mudah dibawa serta merupakan media yang tahan lama. CD menawarkan kapasitas penyimpanan data yang besar serta kapabilitas produksi yang lebih efisien. Melihat potensi tersebut perusahaan elektronik berlomba-lomba membuat pemutar CD, salah satunya Sony. Mereka memperbarui generasi Walkman dengan merilis CD Player dalam perangkat portabel, yaitu Discman.
MP3 Player dan iPod
Di era digital manusia tak lagi membutuhkan benda fisik untuk menyimpan atau merekam musik. Peran piringan hitam, kaset, dan CD tergantikan oleh data audio dalam format MP3 atau WAV. Pengguna cukup membawa MP3 Player yang sudah diisi data musik di dalamnya. Perangkat ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1998 dengan nama MP-Man yang dihadirkan oleh perusahaan asal Korea Selatan. Setelah itu, bermunculan alat pemutar musik portabel lain dalam bentuk yang lebih mini. Apple pada tahun 2001 memperkenalkan iPod dengan format WAV. Format data audio menjadi populer karena efisien dan dapat menyimpan sampai ratusan musik tanpa harus membawa banyak kaset.
Streaming
Pada perkembangan berikutnya lahir teknologi baru, yakni menikmati musik dengan cara streaming. Pengguna cukup memiliki perangkat seluler dan kuota internet untuk mengakses jutaan musik melalui server yang telah disediakan oleh perusahaan musik streaming. Beberapa perusahaan musik streaming yang populer diantaranya Joox, Spotify, Apple Music, Langit Musik, dan Deezer. Mereka menawarkan kemudahan tanpa harus memikirkan media ruang penyimpanan yang merepotkan pendengar musik. Kelebihan lainnya, streaming dapat diakses dimana saja, kapan saja, dan tentunya dengan playlist yang hampir tak terbatas.
Itu dia ulasan singkat sejarah pemutar musik dari masa ke masa. Perkembangan teknologi sangat berperan penting terhadap cara kita mengakses musik. Nah, kamu ada di era mana nih? Terus bagaimana cara kamu menikmati musik?
Komentari post